Nebel (2007), menyebutkan semen beku atau frozen semen adalah semen yang disimpan pada suhu di bawah titik beku suhu (-79 °C sampai -196 °C). Salah satu kerusakan pada spermatozoa selama proses kriopreservasi sampai pencairan kembali adalah peroksidasi lipid (Waluyo, 2006). Pembekuan semen (kriopreservasi) merupakan usaha untuk menjamin daya tahan spermatozoa dalam waktu yang lama melalui proses pengolahan, pengawetan dan penyimpanan semen sehingga dapat digunakan pada suatu waktu sesuai dengan kebutuhan.
Pembekuan adalah suatu fenomena pengeringan fisik, pada pembekuan semen terbentuk kristal-kristal es, terjadi penumpukan elektrolit dan bahan terlarut lainnya di dalam larutan atau di dalam sel. Pada umumnya masalah pengawetan semen berkisar pada dua hal, yaitu pengaruh cold shock terhadap sel yang dibekukan dan perubahan-perubahan intraseluler akibat pengeluaran air yang berhubungan dengan pembentukan kristal-kristal es. Kedua masalah tersebut akan menyebabkan kerusakan pada spermatozoa.
Menurut Gao dan Crister (2000), kerusakan sel selama proses pembekuan terjadi pada saat sel yang tersuspensi didinginkan hingga mencapai suhu -15 °C, kristal es mulai terbentuk di ruang ekstraseluler sedangkan sel itu sendiri tidak ikut membeku, hal ini disebabkan karena membran plasma menahan perkembangan kristal es di dalam sitoplasma sel. Air yang terdapat di dalam sel kemudian berdifusi keluar karena meningkatnya konsentrasi cairan ekstraseluler yang disebabkan oleh membekunya sebagian besar air yang ada di ruang ekstraseluler.
Komposisi dasar sebagai krioprotektan untuk air mani beku adalah: a) substansi non-ionik dan ion mempertahankan osmolaritas dan menyediakan kapasitas buffer, b) sumber lipoprotein untuk mencegah kejutan dingin, seperti kuning telur, susu atau kedelai (lesitin), c) glukosa atau fruktosa aditif sebagai sumber energi (Gordon, 2004).
Daftar Pustaka
Gao, D. & J. K. Crister. 2000. Mechanisms of cryoinjury in living cell. J. ILAR. Vol 41:4.
Gordon, I. 2004. Artificial Insemination. In: Reproductive Technologies in Farm Animals. CABI publishing, Wallingford.
Waluyo, T. S. 2006. Pengaruh penggunaan prolin dalam pengencer susu skim pada sperma beku terhadap kualitas sperma domba priangan. Anim. Prod. 8: 22- 27.
Pembekuan adalah suatu fenomena pengeringan fisik, pada pembekuan semen terbentuk kristal-kristal es, terjadi penumpukan elektrolit dan bahan terlarut lainnya di dalam larutan atau di dalam sel. Pada umumnya masalah pengawetan semen berkisar pada dua hal, yaitu pengaruh cold shock terhadap sel yang dibekukan dan perubahan-perubahan intraseluler akibat pengeluaran air yang berhubungan dengan pembentukan kristal-kristal es. Kedua masalah tersebut akan menyebabkan kerusakan pada spermatozoa.
Menurut Gao dan Crister (2000), kerusakan sel selama proses pembekuan terjadi pada saat sel yang tersuspensi didinginkan hingga mencapai suhu -15 °C, kristal es mulai terbentuk di ruang ekstraseluler sedangkan sel itu sendiri tidak ikut membeku, hal ini disebabkan karena membran plasma menahan perkembangan kristal es di dalam sitoplasma sel. Air yang terdapat di dalam sel kemudian berdifusi keluar karena meningkatnya konsentrasi cairan ekstraseluler yang disebabkan oleh membekunya sebagian besar air yang ada di ruang ekstraseluler.
Komposisi dasar sebagai krioprotektan untuk air mani beku adalah: a) substansi non-ionik dan ion mempertahankan osmolaritas dan menyediakan kapasitas buffer, b) sumber lipoprotein untuk mencegah kejutan dingin, seperti kuning telur, susu atau kedelai (lesitin), c) glukosa atau fruktosa aditif sebagai sumber energi (Gordon, 2004).
Daftar Pustaka
Gao, D. & J. K. Crister. 2000. Mechanisms of cryoinjury in living cell. J. ILAR. Vol 41:4.
Gordon, I. 2004. Artificial Insemination. In: Reproductive Technologies in Farm Animals. CABI publishing, Wallingford.
Waluyo, T. S. 2006. Pengaruh penggunaan prolin dalam pengencer susu skim pada sperma beku terhadap kualitas sperma domba priangan. Anim. Prod. 8: 22- 27.
0 Comment for "Semen Beku Sapi"