Pemanfaatan
materi dan energi pakan untuk pertumbuhan terlebih dahulu melalui suatu proses
pencernaan dan metabolisme. Dalam proses pencernaan, makanan yang tadinya
merupakan senyawa kompleks akan dipecah menjadi senyawa yang lebih sederhana
sehingga mudah diserap melalui dinding usus dan disebarkan ke seluruh tubuh
melalui sistem peredaran darah. Protein dihidrolisis menjadi asam amino bebas
dan peptida-peptida pendek, karbohidrat dipecah menjadi gula-gula sederhana dan
lemak menjadi asam-asam lemak dan gliserol. Proses-proses di atas dilakukan
oleh enzim-enzim pencernaan (Tillman et al. 1991).
Menurut
Hepher (1990) kecernaan pakan dipengaruhi oleh keberadaan enzim dalam saluran
pencernaan ikan; tingkat aktivitas enzim-enzim pencernaan dan lama kontak pakan
yang dimakan dengan enzim pencernaan. Dengan demikian peranan enzim pencernaan
dalam proses pencernaan sangat dominan, yaitu berperan dalam menghidrolisis
senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana yang siap untuk diserap. Enzim
adalah katalisator biologis dalam reaksi kimia yang sangat dibutuhkan dalam
kehidupan. Enzim adalah protein, yang disintesis di dalam sel dan dikeluarkan
dari sel yang membentuknya melalui proses eksositosis. Enzim yang disekresikan
ke luar sel digunakan untuk pencernaan di luar sel (di dalam rongga pencernaan)
atau ”extra cellular digestion”, sedangkan enzim yang dipertahankan di
dalam sel digunakan untuk pencernaan di dalam sel itu sendiri atau disebut ”intra
cellular digestion” (Affandi et al. 1992).
Enzim
pencernaan yang disekresikan dalam rongga pencernaan berasal dari sel-sel
mukosa lambung, pilorik kaeka, pankreas dan mukosa usus. Oleh karena itu
perkembangan sistem pencernaan erat kaitannya dengan perkembangan aktivitas
enzim di dalam rongga saluran pencernaan (Watford dan Lam 1993). Enzim-enzim
tersebut berperan sebagai katalisator dalam hidrolisis protein, lemak dan
karbohidrat menjadi bahan-bahan yang sederhana. Sel-sel mukosa lambung
menghasilkan enzim protease dengan suatu aktivitas proteolitik optimal pada pH
rendah. Pilorik kaeka yang merupakan perpanjangan usus terutama mensekresikan
enzim yang sama seperti yang dihasilkan pada bagian usus yaitu enzim pencernaan
protein, lemak dan karbohidrat yang aktif pada pH netral dan sedikit basa.
Cairan
pankreatik kaya akan tripsin, yaitu suatu protease yang aktivitasnya optimal
sedikit di bawah pH basa. Di samping itu cairan ini juga mengandung amilase,
maltase dan lipase. Ikan yang tidak memiliki lambung dan pilorik kaeka,
aktivitas proteolitik terutama berasal dari cairan pankreatik. Kecernaan (digestibility)
dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu (1) jenis pakan yang dimakan dan kadar
kepekaan pakan terhadap pengaruh enzim pencernaan, (2) aktivitas enzim-enzim
pencernaan, (3) lama waktu pakan yang dimakan terkena aksi enzim pencernaan.
Masing-masing faktor di atas dipengaruhi oleh berbagai faktor sekunder yang
berkaitan dengan ikan itu sendiri (spesies, umur, ukuran) dan kondisi
fisiologis, yang berkaitan dengan lingkungan (temperatur), dan yang berkaitan
dengan pakannya (komposisi pakan, ukuran partikel dan jumlah pakan yang
dimakan). Kecernaan berbeda antar spesies ikan, hal ini terjadi akibat
perbedaan sistem dan enzim-enzim pencernaan.
Kemampuan
ikan dalam mencerna makanan sangat bergantung pada kelengkapan organ pencernaan
dan ketersediaan enzim pencernaan. Perkembangan saluran pencernaan tersebut
berlangsung secara bertahap dan setelah mencapai ukuran/umur tertentu saluran
pencernaan mencapai kesempurnaannya. Perkembangan struktur alat pencernaan ini
diikuti oleh perkembangan enzim pencernaan dan perubahan kebiasaan makan (food
habit). Kandungan nutrien pakan nampaknya berpengaruh pada aktivitas enzim
pencernaan. Kuzmina (1996) mengungkapkan bahwa tersedianya substrat merupakan
faktor yang nyata dalam pengaturan aktivitas enzim pada ikan dan mamalia.
Kandungan protein pakan yang tinggi dikaitkan dengan kandungan selulosa yang
rendah umumnya meningkatkan aktivitas protease pada ikan rainbow trout (Hepher
1990). Peningkatan proporsi pati kentang dalam pakan dari 10 menjadi 90% yang
diikuti penurunan proporsi tepung ikan akan meningkatkan aktvitas enzim maltase
dan amilase pada ikan mas, dan adaptasi enzim karbohidrase ini terhadap
komposisi pakan sudah terlihat kurang dari satu minggu (Kawai dan Iceda 1972).
Peningkatan protein pakan dan penurunan kadar selulose pakan menyebabkan
peningkatan aktivitas enzim amilase pada ikan rainbow trout (Kawai dan Iceda
1972).
Stickney
dan Shumway (1974) menyatakan bahwa enzim selulosa diproduksi oleh mikroflora
usus, yang dihubungkan dengan aktivitas selulosa dalam usus dengan jumlah
selulase/bakteri selulitik. Das dan Tripathi (1991) mendapatkan kemunduran
drastis dalam aktivitas selulase ketika ikan grass carp diberi pakan dari makanan
yang mengadung tetrasiklin. Pemanfaatan daun lamtorogung sangat dibatasi oleh
kecernaan ikan yang terbatas terhadap jenis (2) aktivitas enzim-enzim
pencernaan, (3) lama waktu pakan yang dimakan terkena aksi enzim pencernaan.
Masing-masing
faktor di atas dipengaruhi oleh berbagai faktor sekunder yang berkaitan dengan
ikan itu sendiri (spesies, umur, ukuran) dan kondisi fisiologis, yang berkaitan
dengan lingkungan (temperatur), dan yang berkaitan dengan pakannya (komposisi
pakan, ukuran partikel dan jumlah pakan yang dimakan). Kecernaan berbeda antar
spesies ikan, hal ini terjadi akibat perbedaan sistem dan enzim-enzim
pencernaan. Kemampuan ikan dalam mencerna makanan sangat bergantung pada
kelengkapan organ pencernaan dan ketersediaan enzim pencernaan. Perkembangan
saluran pencernaan tersebut berlangsung secara bertahap dan setelah mencapai
ukuran/umur tertentu saluran pencernaan mencapai kesempurnaannya.
Perkembangan
struktur alat pencernaan ini diikuti oleh perkembangan enzim pencernaan dan
perubahan kebiasaan makan (food habit). Kandungan nutrien pakan
nampaknya berpengaruh pada aktivitas enzim pencernaan. Kuzmina (1996)
mengungkapkan bahwa tersedianya substrat merupakan faktor yang nyata dalam
pengaturan aktivitas enzim pada ikan dan mamalia. Kandungan protein pakan yang
tinggi dikaitkan dengan kandungan selulosa yang rendah umumnya meningkatkan
aktivitas protease pada ikan rainbow trout (Hepher 1990). Peningkatan proporsi
pati kentang dalam pakan dari 10 menjadi 90% yang diikuti penurunan proporsi
tepung ikan akan meningkatkan aktvitas enzim maltase dan amilase pada ikan mas,
dan adaptasi enzim karbohidrase ini terhadap komposisi pakan sudah terlihat
kurang dari satu minggu (Kawai dan Iceda 1972).
Peningkatan
protein pakan dan penurunan kadar selulose pakan menyebabkan peningkatan
aktivitas enzim amilase pada ikan rainbow trout (Kawai dan Iceda 1972).
Stickney dan Shumway (1974) menyatakan bahwa enzim selulosa diproduksi oleh
mikroflora usus, yang dihubungkan dengan aktivitas selulosa dalam usus dengan
jumlah selulase/bakteri selulitik. Das dan Tripathi (1991) mendapatkan
kemunduran drastis dalam aktivitas selulase ketika ikan grass carp diberi pakan
dari makanan yang mengadung tetrasiklin. Pemanfaatan daun lamtorogung sangat
dibatasi oleh kecernaan ikan yang terbatas terhadap jenis edaunan ini. Hal ini
berkaitan dengan ketersediaan enzim selulotik yang terbatas dalam saluran
pencernaan ikan.
Enzim
protease menguraikan rantai-rantai peptida dari protein. Berdasarkan letak
ikatan peptida pada tengah atau akhir molekul, peptidase diklasifikasikan
menjadi endopeptidase dan eksopeptidase. Endopeptidase menghidrolisis protein
dan peptida-peptida rantai panjang menjadi peptida-peptida pendek.
Endopeptidase penting antara lain pepsin yang dihasilkan dari zimogen
pepsinogen, tripsin dari tripsinogen dan kimotripsin dari kimotripsinogen.
Eksopeptidase menghidrolisis peptida menjadi asam-asam amino.
Karboksipeptidase, aminopeptidase dan dipeptidase termasuk dalam kelompok
eksopeptidase. Alfa amilase adalah enzim yang bertanggung jawab menghidrolisis
pati menjadi glukosa. Enzim ini memutuskan ikatan 1,4- -glukosidik dan mengubah
pati menjadi glukosa dan maltosa. Sedangkan lipase adalah enzim penting dalam
pencernaan lemak. Lipase memecah lemak menjadi gliserol dan asam lemak
(Steffens 1989; Hepher 1990).
Enzim
berperan dalam mengubah laju reaksi, sehingga kecepatan reaksi yang
diperlihatkan dapat dijadikan ukuran keaktifan enzim. Satu unit enzim adalah
jumlah enzim yang mengkatalisis transformasi 1 mikromol substrat dalam waktu 1
menit pada suhu 25 C dan pada keadaan pH optimal (Well 1979 dalam Affandi
et al. 1992). Aktivitas enzim bergantung pada konsentrasi enzim dan
substrat, suhu, pH dan inhibitor. Huisman (1976) menyatakan bahwa enzim
pencernaan yang dihasilkan oleh lambung ikan aktif pada pH 2 sampai 4.
Labels:
Pencernaan
Thanks for reading Enzim Pencernaan dan Perannya dalam Proses Pencernaan. Please share...!
0 Comment for "Enzim Pencernaan dan Perannya dalam Proses Pencernaan"