Hormon
adalah zat kimia yang disintesis oleh bagian tubuh yang jelas batas-batasnya,
umumnya kelenjar buntu khusus yang dibawa oleh pembuluh darah ke bagian tubuh
lain tempat zat-zat itu menimbulkan penyetelan-penyetelan sistemik dengan
aksinya terhadap jaringan-jaringan dan organ-organ khusus. Aksi-aksi hormon
seluruhnya tergantung kepada kemampuan sel-sel sasaran untuk menanggapinya.
Hormon tidak menciptakan kemampuan baru di dalam sel sasaran tetapi hanya
memicu mesin-mesin metabolisme yang sudah dimilikinya. Apabila lokasi reseptor
(protein atau lipoprotein) pada sel-sel sasaran tidak ada atau sudah diduduki
hormon tidak menghasilkan pengaruh. (Turner dan Bagnara, 1976).
Estrogen
adalah hormon tipe steroid yang dihasilkan oleh ovari (Ensminger, 1992). Seluruh
estrogen mengandung atom 18 karbon. Estrogen yang biasa dikenal adalah
estradiol, estron dan estriol. Estrogen terdapat diberbagai jaringan hewan
seperti testis, adrenal dan plesenta serta dalam jumlah kecil ditemukan juga
dalam spermatozoa. Estrogen dapat merangsang pertumbuhan dan diferensiasi
saluran reproduksi betina serta struktur-struktur yang terkait yang menimbulkan
berbagai macam pengaruh sistemik (Turner dan Bagnara, 1976).
Menurut
McDonald dan Pineda (1989) bahwa estrogen merangsang perkembangan dan perubahan
siklus saluran genital tubular pada hewan betina, perkembangan kelenjar mamae
dan uterus, karakteristik seks sekunder serta meningkatkan metabolisme kalsium
dan lemak pada burung atau unggas. Penyuntikan estrogen dengan dosis rendah
dapat merangsang ovulasi pada sapi, domba, kelinci dan tikus. Hormon estrogen
pada unggas berfungsi untuk merangsang perkembangan sifat seks sekunder,
mempengaruhi pertumbuhan dan deposisi lemak, berpengaruh terhadap pertumbuhan
dan perkembangan folikel dan penting untuk sintesis albumin telur (Ensminger,
1992). Menurut Turner dan Bagnara (1976) bahwa banyak hormon-hormon steroid
diperlukan untuk perkembangan fungsional aves.
Setijanto
(1998) menyatakan bahwa pada saat mendekati dewasa kelamin, ovarium akan
mengeluarkan lebih banyak hormon estrogen. Hal ini menyebabkan perkembangan
oviduct yang cepat menjadi suatu alat yang panjangnya 50-60 cm dan siap
mengeluarkan albumin, selaput-selaput telur dan kerabang untuk melengkapi
telur. Perkembangan penuh magnum, yakni daerah yang mensekresikan albumin dapat
dihasilkan dengan memberikan estrogen yang diikuti dengan androgen atau
progesteron. Estrogen berfungsi menginduksi diferensiasi sel yang mensintesis
protein putih telur, seperti ovalbumin dam lisozim. Untuk dapat
menghasilkan 365 butir telur per tahun, diperlukan metabolisme kalsium yang
hebat. Kelenjar cangkang berbeda dari bagian lain oviduct karena estrogen saja
cukup untuk memacu perkembangannya. Tulang medula burung-burung yang bertelur
mengalami rentetan deposisi dan destruksi yang berkorelasi dengan penyimpanan
dan pengeluaran kalsium. Tidak diketahui bagaimana estrogen bereaksi
menggiatkan deposisi kalsium pada tulang dan pengambilannya dari tulang, namun
ini merupakan bukti bahwa estrogen berfungsi dalam membantu metabolisme kalsium
(Turner dan Bagnara, 1976).
Menurut
Setijanto (1998), bahwa sistem genitalia embrio betina terdiri atas sepasang
ovarium dan oviduct. Segera setelah menetas ovarium dan oviduct kanan mengalami
degenerasi (rudimenter). Sehingga pada sebagian besar unggas hanya oviduct kiri
saja yang berkembang dan berfungsi dalam produksi telur. Turner dan Bagnara (1976) menyatakan bahwa
oviduct unggas berukuran cukup besar membentang dari ovari sampai kloaka.
Daerah-daerah
utamanya adalah infundibulum, magnum, isthmus, uterus dan vagina. Telur yang
diovulasikan jatuh ke rongga tubuh dan dibuahi di daerah infundibulum yang
berbentuk corong. Telur ayam tetap bertahan dalam infundibulum selama kira-kira
15 menit, disana telur memperoleh kalaza, yakni tali seperti per yang merentang
melintasi albumin dari kuning telur ke kutub telur. Magnum merupakan bagian
terpanjang dari oviduct dan banyak mengandung kelenjar-kelenjar besar yang
mensekresikan albumin. Daerah berikutnya adalah isthmus, di dalam isthmus telur
tinggal kira-kira satu jam dan memperoleh membran cangkang. Telur tertahan
paling lama di dalam uterus (kelenjar cangkang) kira-kira 20 jam dan di dalam
saluran tersebut terjadi pembentukan cangkang berpori dengan deposisi kalsium
karbonat. Setelah cangkang terbentuk telur memasuki vagina
dan tinggal di dalamnya kira-kira satu menit. Di dalam
vagina, telur mendapatkan selubung tipis mukus yang mungkin berguna untuk
menutup pori sehingga mencegah evaporasi air yang cepat dan untuk melindungi
telur dari infeksi bakteri. Interval normal antara ovulasi dan keluarnya telur
berkisar antara 25-26 jam.
Labels:
Ayam Petelur
Thanks for reading Fungsi Hormon Estrogen Pada Ayam Petelur . Please share...!
0 Comment for "Fungsi Hormon Estrogen Pada Ayam Petelur "