Informasi Dunia Peternakan, Perikanan, Kehutanan, dan Konservasi

Pemanfaatan Kotoran Ternak Sebagai Pupuk Dalam Budidaya Tanaman Bayam (Amaranthus sp)

Kotoran ternak adalah salah satu limbah kegiatan peternakan yang memiliki andil dalam pencemaran lingkungan karena sering menimbulkan masalah lingkungan yang mengganggu kenyamanan hidup masyarakat disekitar peternakan. Gangguan itu berupa bau yang tidak sedap yang ditimbulkan oleh gas yang berasal dari kotoran ternak, terutama gas Amoniak (NH3) dan gas Hidrogen (H2S). Penanganan limbah ternak baik padat, cair maupun gas, seperti kotoran dan urin maupun sisa pakan dibuang ke lingkungan, sehingga jika tidak dilakukan penanganan secara baik maka akan menimbulkan masalah pencemaran lingkungan udara, tanah dan air serta penyebaran penyakit menular (Deptan 2009).

Olehnya, sangat diperlukan usaha untuk mengurangi dampak negatif dari kegiatan peternakan tersebut salah satunya dengan melakukan penanganan yang baik terhadap limbah yang dihasilkan. Kotoran ternak memiliki potensi untuk diolah kembali menjadi berbagai produk yang masih bermanfaat bagi kehidupan manusia sehingga bernilai ekonomi tinggi. Kotoran ternak dapat diolah menjadi pupuk kandang dan biogas, bahkan untuk bahan makanan ternak dan ikan (Ayoola dan Makinde 2008; Sihombing 2006; Setiawan 2008). Potensi kotoran ternak sapi potong, ayam broiler dan babi cukup tinggi untuk diolah lanjut menjadi pupuk kandang, yaitu mencapai 4,6 %, 6,6 %, dan 5,1 % dari bobot hidup/hari (Taiganides 1977).

Dewasa ini, pupuk buatan (anorganik) semakin meningkat harganya dan seringkali langka di pasaran. Hal ini cukup menyulitkan petani untuk meningkatkan produksi tanaman secara maksimal, terutama tanaman sayuran. Di lain pihak, semakin disadari bahwa pupuk buatan memang mampu melipatgandakan hasil panen, namun senyawa kimianya berdampak negatif terhadap pencemaran lingkungan bahkan berpotensi membahayakan keselamatan manusia dan ternak (Adediran et al. 2003; Agbede dan Adekiya 2012; Adeniyan dan Ojeniyi 2005).

Pengolahan kotoran ternak menjadi pupuk kandang merupakan proses daur ulang limbah peternakan dengan penerapan teknologi yang mudah diaplikasikan di lapangan. Sistem pembuatan pupuk kandang secara konvensional yang telah banyak digunakan secara luas untuk memproduksi pupuk kandang terdiri atas sistem windrow, aerated static pile dan in vessel (Setiawan 2012). Sistem windrow merupakan proses yang paling sederhana dan paling murah karena memanfaatkan sirkulasi udara secara alami, meskipun aplikasinya memerlukan areal lahan yang cukup luas. Penelitian ini mengaplikasikan sistem windrow mengingat sangat cocok untuk diterapkan di wilayah pedesaan, dibandingkan dengan 2 sistem lainnya yang membutuhkan wadah dekomposisi yang spesifik serta memerlukan sistem pengaturan udara yang khusus.

Pupuk kandang bermanfaat sebagai penyedia unsur hara makro dan mikro yang diperlukan tanaman baik secara langsung maupun tidak langsung (Adenawoola dan Adejoro 2005; Agbede dan Ojeniyi 2009). Pupuk kandang mampu meningkatkan kandungan unsur hara tersedia dalam tanah. Bahan organik yang terkandung dalam pupuk kandang merupakan sumber karbon untuk pertumbuhan mikroba sehingga aktivitas mikroba akan meningkat dan berdampak positif terhadap proses mineralisasi unsur hara sehingga ketersediaan unsur hara bagi tanaman lebih meningkat. Pupuk kandang juga dapat memperbaiki struktur tanah, sehingga pertumbuhan tanaman bisa optimal (Adediran et al. 2003; Awodun et al. 2007). Pupuk kandang juga menyebabkan porositas tanah menjadi besar sehingga memudahkan akar menembus dan berkembang selanjutnya memperbesar penyerapan hara dan air. Selain itu juga berperan memperbaiki sifat fisik tanah yang menyebabkan pertumbuhan akar menjadi lebih baik, dapat mengubah permeabilitas, peredaran udara dalam tanah, dan akar tanaman lebih dalam dan luas, menyerap unsur hara yang diperlukan untuk meningkatkan hasil tanaman.

Kotoran cacing (kascing) merupakan limbah peternakan cacing tanah yang berpotensi tinggi meningkatkan kesuburan tanah dan membantu proses penghancuran limbah organik, karena mampu menahan air, membantu menyediakan nutrisi bagi tanaman, serta mampu memperbaiki struktur tanah (Mashur 2001). Kascing juga mampu memacu pertumbuhan tanaman yang meliputi akar, ranting, dan daun dengan kandungan alami berbagai hormon dan
enzim (Tomatti et al. 1988).


Pemanfaatan limbah pertanian memungkinkan terwujudnya prinsip zero waste (tidak dihasilkan limbah), added value (limbah menjadi bahan bernilai guna), dan zero cost (bahan baku berupa limbah) dalam kerangka sustainable agriculture (Adediran et al. 2003). Pengolahan limbah kotoran ternak menjadi pupuk kandang sebagai sumber unsur hara alami yang dipadukan dengan limbah kotoran cacing tanah (kascing) sebagai sumber unsur hara dan hormon pertumbuhan alami merupakan salah satu upaya untuk mengurangi eksistensi limbah peternakan menuju sustainable agriculture. Bayam merupakan jenis sayuran yang digemari dan banyak dikonsumsi masyarakat karena harganya relatif murah dan terjangkau. Bayam adalah jenis sayuran hijau dengan kandungan protein, mineral, kalsium, zat besi, dan vitamin yang tinggi. Pada akarnya dapat dijadikan obat untuk anti piretik, diuretic, anti toksik, obat diare, menyembuhkan bengkak, dan membersihkan darah (Sudiono et al. 2004). Olehnya, peningkatan produktivitas dan kualitas bayam adalah penting untuk meningkatkan hasil budidaya di pihak petani sayuran dan sumber gizi bagi masyarakat luas.
Labels: Kotoran Ayam, Pupuk

Thanks for reading Pemanfaatan Kotoran Ternak Sebagai Pupuk Dalam Budidaya Tanaman Bayam (Amaranthus sp). Please share...!

0 Comment for "Pemanfaatan Kotoran Ternak Sebagai Pupuk Dalam Budidaya Tanaman Bayam (Amaranthus sp)"

Back To Top