Indonesia
merupakan penghasil ubi kayu terbesar di kawasan Asia Tenggara dan
menduduki urutan ketiga di dunia. Produksi ubi kayu Indonesia pada tahun 2007
mencapai 18.95 juta ton pada luas areal tanam 1.15 juta hektar dengan
produktivitas 16.5 ton/ha (BPS dan Dirjen Tanaman Pangan 2007). Tanaman ini
merupakan tanaman tropik yang potensial digunakan untuk ternak, dan
dapat menghasilkan biomassa sumber energi pada bagian umbi dan protein
pada daun dalam jumlah besar. Menurut Devendra (1977) produk utama
tanaman ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu; daun 6%, batang 44% dan
umbi 50%.
Sementara itu
Haroen (1993) merinci lebih lengkap bahwa persentase produk utama berupa
tepung tapioka berkisar antara 20 24%, sementara hasil samping yang
dihasilkan selama proses pengolahan adalah kulit luar 2%, kulit dalam
15% dan onggok 5-15%. Diperkirakan setiap panen satu hektar lahan dapat
menghasilkan umbi segar sebanyak 17.5 ton, kulit 2.79 ton dan daun 2.30
ton berat kering, sedangkan dari pengolahan industri tapioka
menghasilkan onggok 1.7 ton berat kering.
Banyak hasil
penelitian yang menunjukkan bahwa daun ubi kayu mempunyai kandungan protein
yang tinggi yaitu berkisar antara 16.7 39.9% bahan kering dan hampir 85% dari
fraksi protein kasar merupakan protein murni (Ravindran 1991). Sedangkan bagian
kulit dan onggok memiliki kandungan pati yang cukup tinggi, sehingga dapat
dijadikan sebagai sumber energi. Tabel menunjukkan komposisi zat makanan hasil
samping tanaman ubi kayu.
Liem et al.
(1997) melaporkan dari 2.5 3 ton/ha hasil samping tanaman ubi kayu dapat
menghasilkan tepung daun ubi kayu sebanyak 600 800 kg/ha. Lebih lanjut
dijelaskan pemakaian tepung daun ubi kayu dalam formulasi ransum dapat
dijadikan sebagai sumber protein dan konsentrat pada kambing perah (Khang et
al. 2000; Hai 1999). Selain itu tepung daun ubi kayu juga mempunyai sifat
sebagai by pass protein (Ffoulkes dan Preston 1978; Garcia dan Herrera 1998).
Sementara menurut Garcia dan Hernandez (1996) tepung seluruh tanaman ubi kayu
dapat dijadikan pengganti konsentrat pada sapi perah.
Wanapat (2007)
melaporkan hay daun ubi kayu dapat menggantikan pemakaian bungkil kedelai pada
sapi perah di daerah tropik. Selain berfungsi sebagai sumber protein, daun ubi
kayu juga berperan sebagai anti cacing (anthelmintic) dan kandungan
taninnya berpotensi meningkatkan daya tahan saluran pencernaan ternak terhadap
mikroorganisme parasit (Wanapat dan Knampa 2006). Ensilase merupakan salah satu
cara pengawetan daun ubi kayu sebagai pakan ternak (Limon 1992; Hang 1998) dan
efektif menurunkan kandungan sianida (HCN) pada ubi kayu (Tewe 1991). Kavana et
al. (2005) melaporkan perlakuan silase daun ubi kayu selama 3 bulan dapat
menurunkan kadar HCN dari 289 mg/kg menjadi 20.1 mg/kg. Pemakaian kulit ubi
kayu sebagai komponen ransum domba dapat menggantikan penggunaan rumput
lapangan sebesar 30% Nursita (2005).
Sumber :
Badan Pusat
Statistik, [Dirjen Tanaman Pangan] Direktorat Jendral Tanaman Pangan. 2007.
Produksi, luas panen dan produktivitas palawija di Indonesia tahun 2003–2007.
Jakarta: Departemen Pertanian.
Devendra C.
1977. Cassava as a Feed Source for Ruminants. Di dalam: Nestle B and
Graham M (ed). Cassava as Animal Feed. Canada: IDRC. hlm 107–119.
Garcia R L,
Herrera J. 1998. Milk production from pastures and cassava (Manihot esculenta)
or sweet potato (Ipomea batata) integral forage plant supplementation. Cuban
J Agric Sci 32: 29–31.
Garcia RL,
Hernandez JM. 1996. Cassava meal from the whole plant as a cereal replacer in
dairy cow concentrates. Cuban J Agric Sci 30: 245–259.
Haroen U. 1993.
Pemanfaatan onggok dalam ransum dan pengaruh terhadap performans ayam broiler
[tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Kavana PY,
Mtunda K, Abass A, Rweyendera V. 2005. Promotion cassava leave silage
utilization for smallholder dairy production in Eastern coast of Tanzania. Livestock
Research for Rural Development 17(4).
Liem DT, VanMan
N, Phuc Loc N, Van Hao N, Xuan An. 1997. Cassava leaf meal in animal feeding.
Di dalam: Vietnam Cassava Workshop; Vietnam, 4 6 Maret 1997. Institute
of Scientific Agriculture of the South.
Limon RL. 1992.
Ensilage of cassava products and their use as animal feed. Di dalam: Machin D,
Speedy AW, editor. Roots, tubers, plantains and bananas in animal feeding. FAO
Animal Production and Health 95: 99 110.
Nursita. 2005.
Sifat fisik dan palatabilitas wafer ransum komplit untuk domba dengan
menggunakan kulit singkong [skripsi]. Bogor: Fakultas Peternakan Institut
Pertanian Bogor.
Ravindran V.
1991. Preparation of cassava leaf products and their use as animal feed. Di
dalam: Machin D, Nyvold S, editor. Roots, tubers, plantains and bananas in
animal feeding. FAO Animal Production and Health Paper 95: 111 122.
Wanapat M,
Knampa S. 2006. Effect of cassava hay in high-quality feed bock as
anthelmintics in steers grazing on ruzi grass. Asian-Aust J Anim Sci 19:
695 699.
Labels:
Limbah Pertanian
Thanks for reading Potensi Hasil Samping Tanaman Ubi Kayu . Please share...!
0 Comment for "Potensi Hasil Samping Tanaman Ubi Kayu "