Informasi Dunia Peternakan, Perikanan, Kehutanan, dan Konservasi

Reproduksi Kuda

Reproduksi Kuda
Kuda adalah hewan yang bersifat nomadik dan bersemangat tinggi. Dalam keadaan liar, efisiensi reproduksi pada kuda dapat mencapai 90% atau lebih. Dalam kondisi domestik dengan campur tangan manusia, tingkat efisiensi reproduksi itu sangat menurun. Oleh kurangnya kesempatan latihan fisik, banyaknya gangguan dan penyakit serta faktor-faktor yang lain, menyebabkan rendahnya tingkat konsepsi atau kebuntingan serta rendahnya tingkat kelahiran (Blakely dan Bade, 1994). Seekor kuda betina dara akan mencapai pubertas atau masak kelamin pada umur 12 sampai 15 bulan. Tetapi hendaknya kuda itu tidak dikawinkan sebelum mencapai umur dua tahun dan bahkan lebih baik lagi setelah berumur tiga tahun. Kuda betina bila dikawinkan pada umur yang lebih muda, biasanya tingkat kebuntingannya rendah. Bila kuda betina dikawinkan pada umur tiga tahun dan kuda itu dirawat dengan cermat maka selama hidupnya dapat dihasilkan sepuluh sampai dua belas ekor anak karena kuda betina masih dapat beranak meski telah mencapai umur 20 tahun atau lebih (Blakely dan Bade, 1994).

Seleksi Kuda
Biasanya kuda pejantan unggul akan memberikan keturunan yang unggul pula, meskipun sering terjadi penyimpangan berupa keturunan yang kurang baik. Hal ini bisa terjadi karena mungkin kondisi pejantan atau induknya kurang sehat, atau berbagai sebab lain. Namun pada umumnya kuda pejantan menentukan baik tidaknya keturunan yang dihasilkan. Memilih pejantan Thoroughbred atau jenis lainnya sesuai program, kita perhatikan sertifikat kuda untuk mengetahui silsilah keturunannya. Kuda jenis unggul memiliki sertifikat kuda yang dikeluarkan oleh badan atau organisasi berwenang yang mengurusi kuda sesuai jenisnya (Suharjono, 1990).

Kehadiran kuda pejantan yang unggul, didampingi kuda betina berkualitas unggul sebagai pasangannya, diharapkan akan meningkatkan mutu kuda. Kuda betina berfungsi sebagai kuda induk. Karena itu sebaiknya kita memilih kuda betina yang sehat, tegap, berbadan lebar dan panjang, agar jika mengandung akan dapat dengan leluasa menempatkan anak dalam kandungannya. Memilih kuda betina lokal sebagai induk tidak mudah, karena pada umumnya kuda lokal memiliki bagian-bagian tubuh yang kurang menguntungkan, seperti bentuk kepala yang besar dan lebar, leher yang lebar dan pendek, bulu lebat dan kaku serta kaki yang pendek (Suharjono, 1990).

Estrus (Birahi)
Siklus estrus seekor kuda betina rata-rata adalah 21 hari dengan kisaran waktu antara 10 sampai 37 hari. Periode birahinya rata-rata adalah empat sampai enam hari, dengan kisaran yang sangat luas yaitu dari hanya satu hari sampai birahi yang berlangsung kontinyu atau terus menerus. Tanda-tanda birahi haruslah selalu diamati dan perkawinan diadakan hanya bila nampak siklus birahi yang normal saja, agar bisa didapat hasil yang sebaik-baiknya. Tanda-tanda birahi kuda adalah kegelisahan, keinginan untuk ditemani oleh kuda lain, urinasi (kencing) yang berulangkali serta pembengkakan dan pergerakan vulva (Blakely dan Bade, 1994). Tim Karya Tani Mandiri (2010) menambahkan deteksi birahi yang hanya dilakukan didalam kandang seringkali hasilnya nihil, apalagi bila hanya dilakukan sekali dalam sehari. Untuk memperoleh hasil yang lebih baik, deteksi birahi dapat dilakukan tiga kali sehari pada waktu pagi, tengah hari, dan menjelang malam.

Pengawinan
Dua atau tiga bulan sebelum masa pengawinan, kuda pejantan mulai dipersiapkan, dengan memberinya makanan bergizi ditambah vitamin-vitamin agar bisa menambah kesuburannya. Pejantan dalam kondisi yang baik diharapkan akan menurunkan kuda yang sehat pula. Penambahan menu makanan bagi kuda pejantan pada masa kawin berupa telur segar, susu bubuk dan madu asli (Suharjono, 1990). Waktu pengawinan yang tepat bagi hewan betina merupakan faktor yang penting, karena dapat menghasilkan keuntungan yang besar bagi peternak bila terjadi kebuntingan pada waktu yang tepat. Sebaliknya, waktu pengawinan yang salah cenderung menyebabkan gangguan reproduksi karena dapat menunda kebuntingan (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).

Ovulasi terjadi pada saat-saat akhir periode estrus. Telur yang dihasilkan dapat hidup selama enam jam sedangkan sperma pejantan dapat bertahan hidup sekitar 30 jam didalam saluran reproduksi betina. Oleh karena itu dianjurkan agar seekor kuda betina yang birahi dikawinkan tiap hari atau dua hari sekali mulai pada hari ketiga timbulnya estrus (Blakely dan Bade, 1994).
Kebuntingan
Rataan masa kebuntingan seekor kuda betina adalah 335 hari dengan kisaran 315 sampai 350 hari. Kuda betina tertentu cenderung memiliki kebiasaan beranak agak awal, sedangkan kuda lainnya agak lambat. Dengan memperhatikan kecenderungan itu maka para peternak dapat lebih tepat memperkirakan saat kelahiran kuda yang sedang bunting berdasar pengalaman waktu yang lalu (Blakely dan Bade, 1994).

Kelahiran
Kuda melahirkan anak biasanya pada malam hari setelah matahari terbenam. Sangat jarang kuda lahir siang hari, alasannya mengapa belum bisa diterangkan. Biasanya membutuhkan situasi tenang dan sunyi serta tidak banyak gangguan. Pada bulan ke-10 masa kebuntingannya, anak kuda makin besar dan berat menyebabkan ambing (perut atas bagian belakang) induknya turun atau terlepas. Bagian pantat kuda dekat ekor juga akan terlihat menurun. Jika diamati terus, ada gerakan anak kuda yang mendorong dan hilang dibagian belakang dekat ekor induknya. Hal itu pertanda baik karena anak kuda dalam kondisi hidup (Tim Karya Tani Mandiri, 2010). Salah satu tanda awal bahwa kelahiran segera terjadi ialah bahwa betina itu mulai nampak “membuang kantung”, yang tidak lain adalah gejala membesarnya ambing (kelenjar susu). Munculnya zat seperti lilin (wax) yang terdapat pada ujung puting. Biasanya dalam 12 sampai 24 jam saat kelahiran, lilin itu melunak dan jatuh lalu mulai meneteskan air susu, kadang-kadang tetesan itu juga agak deras. Kira-kira pada saat yang sama, kuda betina juga memperlihatkan pembengkakan serta relaksasi yang jelas pada otot-otot vulva. Otot serta ligamen yang terkait dengan pelvis mengalami relaksasi sehingga betina itu nampak longgar dibagian pelvisnya (Blakely dan Bade, 1994).


Blakely dan Bade (1994) menambahkan betina pada saat itu biasanya menjauhi kuda lainnya. Di padang rumput kuda itu akan menyendiri. Kadang-kadang nampak agak galak, merentangkan daun telinga kearah belakang dan bila didekati kuda lain akan disepaknya. Ekor diangkat, sering kencing, kadang-kadang menggigit dan berdiri serta berbaring secara bergantian. Pada saat ini biasanya kantung air (plasenta) pecah dan keluarlah air sebanyak delapan sampai 20 liter yang membantu melicinkan saluran peranakan. Bila anak berada dalam posisi yang normal, kontraksi otot involunter didalam uterus serta otot-otot abdominal dapat mulai bekerja dan kelahiran dapat terjadi dengan sendirinya secara mulus.
Labels: Kuda

Thanks for reading Reproduksi Kuda. Please share...!

0 Comment for "Reproduksi Kuda"

Back To Top