Pakan dan Habitat Harimau
Habitat merupakan suatu
kawasan yang terdiri dari beberapa kawasan, baik fisik maupun biotik, yang
merupakan satu kesatuan dan dipergunakan sebagai tempat hidup dan
berkembangbiaknya satwaliar. Habitat mempunyai fungsi dalam penyediaan makanan,
air dan pelindung. Habitat yang baik bagi satu jenis satwaliar belum tentu
sesuai untuk jenis lainnya, karena setiap satwaliar menghendaki kondisi habitat
yang berbeda-beda (Alikodra 2002).
Harimau dapat ditemukan di
berbagai tipe habitat asal tersedia makanan berupa satwa mangsa yang cukup,
terdapat sumber air yang selalu tersedia, dan adanya cover sebagai pelindung
dari sinar matahari. Harimau dapat hidup dengan ketinggian antara 0 – 2000
meter di atas permukaan laut (Borner 1978) dengan habitat favorit berupa hutan
bersungai, hutan rawa, dan padang rumput (Santiapilai & Ramono 1985).
Kucing besar merupakan
karnivora yang cenderung memangsa beberapa jenis mangsa dengan rata-rata 4
jenis satwa mangsa (Kitchener 1991). Beberapa jenis kucing besar merupakan
karnivora yang oportunis dalam preferensi satwa mangsa yang dimakannya, dan
ukuran maksimum mangsanya berhubungan dengan ukuran tubuhnya. Jumlah pakan yang
dimakan kucing besar kurang lebih seperlima dari massa tubuhnya (Schaller
1976).
Untuk memenuhi kebutuhan
makannya, harimau berburu 3–6 hari sekali tergantung ukuran mangsanya. Seekor
harimau betina dapat membunuh seekor kijang seberat 20 kg tiap dua atau tiga
hari sekali atau seekor sambar seberat 200 kg setiap beberapa minggu. Biasanya
seekor harimau membutuhkan sekitar 5-6 kg daging per hari sehingga harimau
biasanya tidak langsung menghabiskan mangsanya, hanya sekitar 70% mangsa yang
dimakan saat itu juga (Seidensticker et al. 1999). Sisa makanan biasanya
disimpan dengan cara menutupinya dengan daun-daunan dan ranting untuk dimakan
kembali serta agar mangsanya tidak tercium dan dimakan oleh satwa pemangsa
lainnya (Hutabarat 2005).
Besarnya jumlah kebutuhan
harimau akan mangsa tergantung dari apakah harimau tersebut mencari makan untuk
dirinya sendiri atau harimau betina yang harus memberi makan anaknya (Mountfort
1973, diacu dalam Hutabarat 2005). Harimau sumatera merupakan satwa karnivora
yang biasanya memangsa babi hutan (Sus scrofa), rusa sambar (Cervus unicolor),
kijang (Muntiacus muntjak), pelanduk napu (Tragulus napu), tapir (Tapirus indicus),
monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), landak (Hystrix brachyura) dan
trenggiling (Manis javanica). Harimau kadang-kadang memangsa kijang dan kambing
hutan pada kawasan dengan ketingian lebih dari 600 m dpl. Selain itu juga
memangsa jenis-jenis reptil seperti kura-kura, ular dan biawak serta berbagai
jenis burung, ikan dan kodok. Hewan peliharaan seperti kambing, domba, sapi dan
ayam juga menjadi incaran harimau (Griffith 1997; McDougal 1979; Seidensticker
1986; Lekagul & McNeely 1977). Akan tetapi komposisi jenis pakan terbesar
yang dimangsa harimau adalah mamalia khususnya hewan ungulata (Kitchener 1991).
Harimau dapat bergerak mengunjungi setiap bagian teritorialnya setiap 10 hari
sambil mengikuti hewan mangsanya yang secara terus-menerus bergerak aktif
ketika harimau aktif bergerak mengejar mangsanya tersebut (Jackson 1990).
Tidak seperti keluarga kucing
yang lain, harimau sangat menyukai air dan dapat berenang (Lekagul &
McNeely 1977). Bahkan harimau sumatera biasa menyeberangi sungai untuk menjangkau
habitat lainnya yang masih dalam teritorinya (Sriyanto 2003). Harimau merupakan
satwa yang tidak tahan terhadap 9 sinar matahari. pada cuaca panas ia lebih
suka beristirahat dekat sumber air, bahkan bila cuaca sangat panas ia berendam
di air sampai batas leher. Harimau memang sering dijumpai sedang duduk berendam
atau berdiri sebagai cara untuk menyejukkan badan (McDougal 1979). Harimau
cenderung membawa mangsanya ke dekat sumber air dan memakannya di sana karena
saat makan hariamau berhenti beberapa saat untuk minum dan kembali melanjutkan
makannya (Grzimek 1975).