Informasi Dunia Peternakan, Perikanan, Kehutanan, dan Konservasi

Silase Pucuk Tebu (Saccharum officinarum L.)

Silase adalah pakan dari limbah pertanian atau dari hijauan makanan ternak yang diawetkan dengan cara fermentasi anaerob dalam kondisi kadar air tinggi (40-80%) sehingga hasilnya bisa disimpan tanpa merusak zat makanan/gizi di dalamnya. Maksud pembuatan silase adalah pengawetan hijauan makanan ternak dengan memperhatikan kehilangan nutisi yang minimal dan menghindarkan dari perubahan komposisi kimianya. Kualitas yang baik diperlihatkan melalui beberapa parameter seperti pH, asarn laktat, warna, tekstur, suhu, persentase kerusakan dan kandungan nutisi dari silase (Ridwan dkk., 2005).

Prinsip pembuatan silase adalah fermentasi hijauan oleh mikroba yang banyak menghasilkan asam laktat. Fermentasi merupakan proses perombakan dari struktur keras secara fisik, kimia, dan biologis sehingga bahan dari struktur kompleks menjadi sederhana sehingga daya cerna ternak menjadi lebih efisien (Hanafi, 2008). Fermentasi merupakan proses pemecahan senyawa organik menjadi sederhana yang melibatkan mikroorganisme. Proses fermentasi dapat meningkatkan ketersediaan zat-zat makanan seperti protein dan energi metabolis serta mampu memecah komponen kompleks menjadi komponen sederhana (Zakariah., 2012). Lebih lanjut Yuanita (2012) menyatakan bahwa Fermentasi merupakan proses pemecahan karbohidrat dan asam amino secara anerobik, yaitu tanpa memerlukan oksigen. Senyawa yang dapat dipecah dalam proses fermentasi terutama karbohidrat, sedangkan asam amino hanya dapat difermentasi oleh beberapa jenis bakteri tertentu. Fermentasi sebagai suatu proses dimana komponen komponen kimiawi dihasilkan sebagai akibat adanya pertumbuhan maupun metabolisme mikroba. fermentasi dapat meningkatkan nilai gizi bahan berkualitas rendah serta berfungsi dalam pengawetan bahan pakan dan merupakan suatu cara untuk menghilangkan zat anti nutrisi atau racun yang terkandung dalam suatu bahan pakan.


Tujuan fermentasi adalah menghasilkan suatu produk (bahan pakan) yang mempunyai kandungan nutrisi, tekstur, biological availability yang lebih baik Disamping itu juga menurunkan zat anti nutrisinya (Pujianingsih., 2005) sementara Komar (1984) dalam Eko dkk., (2012) menyatakan bahwa tujuan dari fermentasi yaitu untuk mengubah selulosa menjadi senyawa yang lebih sederhana melalui dipolimerisasi dan memperbanyak protein mikroorganisme.

Peningkatan level aditif pada fermentasi akan memacu aktivitas fermentasi sehingga menyebabkan produksi H2O juga meningkat. Peningkatan kandungan air selama ensilase menyebabkan kandungan bahan kering silase menurun sehingga menyebabkan peningkatan kehilangan bahan kering. Semakin tinggi air yang dihasilkan selama ensilase, maka kehilangan bahan kering semakin meningkat. Oleh karena itu, peningkatan kehilangan bahan kering juga dipengaruhi oleh peningkatan kadar air yang berasal dari fermentasi gula sederhana (Surono dkk., 2006). Sementara itu Sartini (2003) menyatakan bahwa penurunan bahan kering silase dipengaruhi oleh respirasi dan fermentasi. Respirasi akan menyebabkan kandungan nutrien banyak yang terurai sehingga akan menurunkan bahan kering, sedangkan fermentasi akan menghasilkan asam laktat dan air lebih

Dalam fermentasi pucuk tebu diperlukan penambahan zat aditif untuk meningkatkan kandungan nutrisi dan menurunkan kadar serat kasar pucuk tebu. pucuk tebu hanya mampu dikonsumsi oleh sapi sebanyak kurang dari 1% dari bobot hidup (dalam hitungan bahan kering). Oleh karena itu, limbah perkebunan ini perlu diproses dulu sebelum diberikan pada ternak, sedangkan untuk optimasi produksi ternak, perlu suplementasi zat tertentu (Kuswandi., 2007). Sementara menurut Muhtaruddin (2007) Pemberian pucuk tebu pada ternak ruminansia hanya dapat mencukupi kebutuhan hidup pokok, sehingga apabila akan digunakan untuk tujuan produksi ternak, maka perlu dilakukan suplementasi protein. Salah satu kelemahan dari pucuk tebu adalah kandungan serat kasar yang tinggi dan proteinnya rendah. Untuk meningkatkan manfaat dari pucuk tebu maka perlu dilakukan pengolahan. Salah satu metode pengolahan yang biasa digunakan untuk pakan berserat tinggi adalah pengolahan kimiawi

Berikut bahan yang di gunakan dalam fermentasi adalah :
1.  Kalsium Karbonat (CaCO3)
        Untuk mencapai kondisi yang optimum bagi pertumbuhan dan metabolisme bakteri asam laktat, lingkungan, dan keadaan media fermentasi dijaga dengan baik. Suhu optimum berkisar 28-400 C dengan pH dipertahankan berkisar 5-5,8. Kalsium karbonat ditambahkan untuk menjaga derajat keasaman tersebut. Kalsium karbonat adalah reagen yang umum digunakan untuk menetralkan asam laktat selama fermentasi. Kelarutannya yang rendah di dalam air menyebabkannya dapat menetralkan asam laktat dan mempertahankan pH pada tingkat tertentu secara otomatis. (Ferdaus dkk., 2008).

2.  Urea
        Urea [CO(NH2)2] merupakan kristal putih, tidak berbau, digunakan secara luas sebagai pupuk pada pertanian. Dibindang peternakan, urea juga diganakan sebagai ureasi jerami, pembuatan silase dan pembuatan urea molases blok untuk makanan ternak ruminansia. Puastuti (2010) menjelaskan bahwa pengolahan bahan pakan dengan penambahan urea merupakan proses pengolahan yang umum dilakukan terhadap bahan pakan berserat kasar tinggi. Urea sering digunakan untuk meningkatkan kecernaan pakan berserat melalui proses amoniasi. Urea dengan rumus molekul CO(NH2)2 banyak digunakan dalam ransum ternak ruminansia karena mudah diperoleh, harganya murah dan sedikit efek keracunan yang diakibatkannya dibandingkan dengan biuret. Secara fisik urea berbentuk kristal padat berwarna putih dan higroskopis urea telah terbukti mempunyai pengaruh yang baik terhadap pakan. Setelah terurai menjadi NH3 dan CO2 dengan adanya molekul air, NH3 akan mengalami hidrolisis menjadi NH4 + dan OH-. Senyawa NH3 mempunyai pKa = 9,26, berarti bahwa dalam suasana netral (pH = 7) akan lebih banyak terdapat sebagai NH+.
        Penambahan urea dapat menyebabkan perubahan struktur dinding sel. Perubahan ini disebabkan oleh adanya proses hidrolisis dari urea yang mampu memecah ikatan lignoselulosa dan lignohemiselulosa, serta melarutkan silika dan lignin yang terdapat dalam dinding sel bahan pakan berserat (Komar, 1984 dalam Eko dkk., 2012). Selain itu menurut (Marjuki., 2012) amonia dalam proses hidrolisis urea yang terbentuk mengubah komposisi dan struktur dinding sel juga dapat melonggarkan atau membebaskan ikatan antara lignin dan selulose atau hemiselulose yaitu dengan memutus jembatan hidrogen antara lignin dan selulose atau hemiselulose.

3. Molases
          Molases adalah hasil samping yang berasal dari pembuatan gula tebu (Saccharum officinarum L). Molases berupa cairan kental dan diperoleh dari tahap pemisahan kristal gula. Molases tidak dapat lagi dibentuk menjadi sukrosa namun masih mengandung gula dengan kadar tinggi 50-60%, asam amino dan mineral. Molases kaya akan biotin, asam pantotenat, tiamin, fosfor, dan sulfur. Selain itu juga mengandung gula yang terdiri dari sukrosa 30-40%, glukosa 4-9%, dan fruktosa 5-12%. Tetes tebu digunakan secara luas sebagai sumber karbon untuk denitrifikasi, fermentasi anaerobik, pengolahan limbah aerobik, dan diaplikasikan pada budidaya perairan. Karbohidrat dalam tetes tebu telah siap digunakan untuk fermentasi tanpa perlakuan pendahuluan karena sudah berbentuk gula (Hidayat dkk., 2006).
        Molases sebagai media fermentasi digunakan sebagai sumber bahan makanan bagi bakteri selama proses fermentasi berlangsung. Bakteri akan menggunakan sumber karbohidrat sebagai sumber makannya. Ketika sumber karbohidrat di dalam medium telah habis terpakai, maka bakteri beralih menggunakan sumber nitrogen. Penambahan karbohidrat seperti tetes dimaksudkan untuk mempercepat terbentuknya asam laktat serta menyediakan sumber energi yang cepat tersedia bagi bakteri (Eko dkk., 2012). Lebih lanjut Nurul dkk., (2012) menyataan bahwa penambahan molases sebagai sumber energi mikrobia sehingga mikrobia berkembang lebih banyak dalam proses pemeraman dan dengan bertambahnya mikrobia maka bermanfaat sebagai penyumbang kadar protein kasar.  Komposisi nutrisi tetes dalam 100 % bahan kering adalah 0,3 % lemak kasar 0,4 % serat kasar, 84,4 % BETN, 3,94 % protein kasar dan 11% abu (Eko dkk.,  2012).



Daftar Pustaka

Eko, D., Junus, M., dan M. Nasich. 2012. Pengaruh Penambahan Urea Terhadap Kandungan Protein Kasar dan Serat Kasar Padatan Lumpur Organik Unit Gas Bio. Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya, Malang.
Ferdaus, F., Wijayanti. M.O, Rentonigtiyas. E.S., dan W. Irawati. 2008. Pengaruh ph, Konsentrasi Substrat, Penambahan Kalsium Karbonat dan Waktu Fermentasi Terhadap Perolehan Asam Laktat dari Kulit Pisang. Fakultas Teknik Jurusan Teknik Kimia Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya.
Hanafi, N. D. 2008. Teknologi Pengawetan Pakan Ternak. Universitas Sumatera Utara.
Hidayat, N.M.C.,dan Suhartini. 2006. Mikrobiologi Industri. Andi. Jakarta.
Kuswandi. .2007. Balai Penelitian Ternak .Teknologi Pakan untuk Limbah Tebu (Fraksi Serat) sebagai Pakan Ternak Ruminansia.bogor
Muhtaruddin. 2007. Kecernaan Pucuk Tebu Terolah Secara In Vitro [The In Vitro Digestibility Of Processed Sugarcane]. Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Bandar Lampung.
Nurul, A., Junus, M., dan M. Nasich. 2012. Pengaruh Penambahan Molases Terhadap Kandungan Protein Kasar Dan Serat Kasar Padatan Lumpur Organik Unit Gas Bio. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang.
Pujianingsi. R, 2005. Teknologi Fermentasi dan Peningkatan Kualitas Pakan. Fakultas Peternakan. UNDIP.
Ridwan, R., G. Kartina, dan Y Widyastuti. 2005. Pengaruh penmabahn dedak padi dan Lactobacillus plantarum dalam pembuatan silase rumput gajah. Media peternakan
Surono. Hadiyanto. A.Y dan M. Christiyanti. 2006. penambahan bioaktivator pada complete feed dengan pakan basal rumput gajah terhadap kecernaan bahan kering dan bahan organik secara in vitro. fakultas peternakan dan pertanian. Universitas Diponegoro. Semarang.
Yuanita, N. L. 2012. Urea Molases Blokhttp://nailyluthfiyasari y.blog.ugm.ac.id. [Diakses pada tanggal 15 Januari 2014]
Zakariah, M .A, 2012. Fermentasi Asam Laktat Pada Silase. Fakultas Peternakan.  Universits Gajah Mada. Yogyakarta


Labels: Bahan Pakan, Pakan Alternative, Ruminansia, Teknologi Pakan

Thanks for reading Silase Pucuk Tebu (Saccharum officinarum L.). Please share...!

0 Comment for "Silase Pucuk Tebu (Saccharum officinarum L.)"

Back To Top