Pengemasan
membatasi bahan pangan dengan lingkungan sekitarnya, sehingga dapat mencegah
atau menghambat kerusakan. Dalam memilih bahan kemasan, perlu diketahui tentang
persyaratan yang dibutuhkan, seperti penyebab kerusakan dan apa yang dialami
produk yang dikemas sebelum dikonsumsi (Syarief et al., 1989).
Fungsi dan
Peranan Kemasan
Tujuan
utama pengemasan makanan yaitu mempertahankan mutu kesegaran, untuk
menarik selera pandang konsumen, memberikan kemudahan penyimpanan dan
distribusi, serta yang lebih penting lagi dapat menekan peluang
kontaminasi dari udara dan tanah, baik oleh mikroba pembusuk maupun
mikroba yang dapat membahayakan kesehatan konsumen (Winarno, 1994).
Bahan
kemasan luar harus dapat tahan terhadap serangan hama atau binatang
pengerat dan bagian dalam yang berhubungan dengan makanan harus tidak
berbau, tidak mempunyai rasa, dan tidak beracun (Winarno dan Jenie,
1983).
Pengemasan
dapat memperlambat kerusakan produk, menahan efek yang bermanfaat dari proses,
memperpanjang umur simpan, dan menjaga atau meningkatkan kualitas dan keamanan
pangan. Pengemasan juga dapat melindungi produk dari tiga pengaruh luar, yaitu
kimia, biologis, dan fisik. Perlindungan kimia mengurangi perubahan komposisi
yang cepat oleh pengaruh lingkungan, seperti terpapar gas (oksigen), uap air
dan cahaya (cahaya tampak, infra merah atau ultraviolet). Perlindungan biologis
mampu menahan mikroorganisme (patogen dan agen pembusuk), serangga, hewan pengerat,
dan hewan lainnya. Perlindungan fisik menjaga produk dari bahaya mekanik dan
menghindari goncangan dan getaran selama pendistribusian (Marsh dan Betty,
2007).
Syarief
et al. (1989), menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi kerusakan bahan
pangan sehubungan dengan kemasan yang digunakan dapat dibagi ke dalam dua
golongan. Faktor yang pertama adalah sifat alamiah produk yang tidak dapat
dicegah hanya dengan pengemasan seperti perubahan kimia, fisik, serta perubahan
mikrobiologis produk. Faktor kedua adalah faktor lingkungan yang secara garis
besar dapat dikontrol dengan pengemasan. Kerusakan ini dapat berupa kerusakan
mekanis, perubahan kadar air, absorbsi oksigen, serta penambahan dan kehilangan
flavor.
Persyaratan
kemasan untuk bahan pangan antara lain adalah permeabilitas terhadap udara
kecil, tidak menyebabkan penyimpangan warna produk, tidak bereaksi dengan
produk sehingga merusak citarasa, tidak mudah teroksidasi atau bocor, tahan panas,
mudah didapat dan harganya murah (Winarno dan Jenie, 1983)
Menurut
Julianti dan Nurminah (2006), faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam
memilih jenis kemasan yang baik untuk mencegah kontaminasi mikroba adalah :
a. Sifat
perlindungannya terhadap produk dari masuknya mikroorganisme dari luar kemasan
ke dalam produk.
b. Kemungkinan berkembang
biaknya mikroorganisme di ruangan antara produk dengan tutup (head space).
c. Serangan
mikroorganisme terhadap bahan pengemas
Daftar Pustaka
Julianti, Elisa dan Mimi
Nurminah. 2006. Teknologi Pengemasan. Departemen Teknologi Pertanian, Fakultas
Pertanian USU.
Marsh, Kenneth dan Betty Bugusu.
2007. Food Packaging-Roles, Materials, and Evironmental Issues. J. Food Science
Vol 72 : R39-R57.
Syarief, Rizal et al.
1989. Teknologi Pengemasan Pangan. Laboratorium Rekayasa\ Proses. PAU, IPB,
Bogor.
Winarno, F.G. 1994. Kimia Pangan
dan Gizi. Gramedia, Jakarta.
Winarno, F.G. dan S.L.B. Jenie.
1983. Kerusakan Bahan Pangan. PT Gramedia, Jakarta.
Labels:
Produk Peternakan,
Teknologi Hasil Ternak
Thanks for reading Pengemasan Produk Peternakan. Please share...!
0 Comment for "Pengemasan Produk Peternakan"