Informasi Dunia Peternakan, Perikanan, Kehutanan, dan Konservasi

Itik Alabio

Terdapat beberapa jenis itik domestik yang banyak dikembangkan di Indonesia. Jenis itik terbagi menjadi beberapa tipe yakni itik pedaging, petelur dan itik ornamental atau hias. Itik Alabio (Anas platyrhynchos borneo) merupakan itik petelur asli Indonesia. Itik ini berasal dan berkembang pesat di daerah Kalimantan Selatan, khususnya di Kabupaten Hulu Sungai Utara. Itik ini dinamakan itik Alabio karena itik yang berasal dari Amuntai - Kalimantan Selatan ini banyak dipasarkan di Kecamatan Alabio (Windhyarti 2003).

Itik Alabio
Namun menurut Suharno dan Amri (2002), sebenarnya yang menghasilkan itik itu bukanlah Kecamatan Alabio, melainkan Desa Mamar Tegalsari. Di desa ini banyak terdapat pembibit-pembibit itik. Namun demikian, karena pemasarannya banyak dilakukan di Alabio maka nama Alabio lebih melekat sebagai nama itik ini.

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (2006) mengkarakteristikkan itik Alabio sebagai berikut:
a. Postur tubuh agak miring dibandingkan dengan itik jenis lain.
b. Warna bulu cenderung agak cerah, dari cokelat muda sampai abu-abu dengan bercak cokelat sampai kehitaman yang semakin ke punggung semakin gelap.
c. Warna paruh dan kaki kekuningan.
d. Perbedaan jenis kelamin, dapat dilihat dari warna bulunya. Itik jantan berbulu abu-abu kehitaman dan pada ujung ekor terdapat bulu yang melengkung keatas, sedangkan warna bulu itik betina cokelat muda keabu-abuan dengan ujung bulu sayap, ekor, dada, leher dan kepala sedikit kehitaman.

Srigandono (1986) menambahkan, telur itik Alabio mempunyai ciri-ciri berwarna hijau keabu-abuan serta kerabang agak tebal. Selain itu, itik Alabio berjalan agak membungkuk. Itik Alabio merupakan jenis itik yang banyak dikembangkan dikarenakan produksi telurnya yang tinggi dan dapat dimanfaatkan dagingnya. Keunggulan itik Alabio selain mempunyai daya tahan tubuh yang cukup kuat terhadap penyakit (sehingga berumur panjang), tingkat produksi telurnya bervariasi yakni itik Alabio yang dipelihara secara tradisional (digembalakan) menghasilkan telur 130 butir/ tahun). Bila dipelihara secara intensif dapat berproduksi antara 200-250 butir telur/tahun. Menurut Gunawan et al. (1994), berat telur rata-rata itik Alabio sekitar 65-70 g/butir.

Saat dewasa bobot badan itik jantan dapat mencapai 1,75 kg dan bobot badan betina dapat mencapai 1,6 kg (Suharno dan Setiawan, 2001). Menurut Wasito dan Rohaeni (1994), masa dewasa itik Alabio betina adalah pada umur enam bulan dengan masa betelur 8-10 bulan per tahun dan dapat mencapai umur 4,5 tahun, setelah itu itik Alabio di afkir.




Daftar Pustaka

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP). 2006. Pemeliharaan Terpadu Tiktok dengan Padi. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian Brosur No 01, Jakarta.

Srigandono, B. 1986. Ilmu Unggas Air. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Suharno, B. & K. Amri. 2002. Beternak Itik Secara Intensif. Penebar Swadaya, Jakarta.

Suharno, B. & T. Setiawan. 2001. Beternak Itik Petelur di Kandang Baterai. Penebar Swadaya, Jakarta.

Wasito & E. S., Rohaeni. 1994. Beternak Itik Alabio. PT Kanisius, Yogyakarta.


Windhyarti, S., 2003. Beternak Itik Tanpa Air. Penebar Swadaya, Jakarta.
Labels: Itik, Plasma Nutfah, Ternak Unggas

Thanks for reading Itik Alabio . Please share...!

0 Comment for "Itik Alabio "

Back To Top