Berdasarkan data dari USAID (2008) dalam Bello et al. (2008),
lebih dari 220 juta ekor unggas di benua Asia, Eropa dan Eurasia serta Afrika
pada 57 negara telah mati akibat terinfeksi virus H5N1. Wabah tersebut menunjukkan
bahwa keganasan virus AI sangat merugikan kelangsungan usaha peternakan ayam
serta memberikan pengaruh buruk terhadap pertumbuhan ekonomi dan perkembangan
perdagangan.
Menurut Burgos dan Burgos (2007e), wabah virus AI H5N1 yang
terjadi di Asia Tenggara mengakibatkan dampak ekonomi yang cukup signifikan
yaitu penurunan ekspor unggas, jatuhnya harga komoditi unggas domestik dan
turunnya produksi serta mengakibatkan kerugian yang cukup besar. Kerugian
paling nyata terlihat dari lesunya perdagangan broiler dan telur yang turun
hingga 62.5%. Di Kamboja, harga telur turun drastis dari semula US$ 0,05
menjadi US$ 0,03 per butirnya dan harga broiler juga turun dari KHR 4000
menjadi KHR 1500. Akibat kejadian wabah AI H5N1, importasi produk unggas dari Asia
akhirnya dilarang.
Disamping itu, secara tidak langsung negara pemasok bahan
baku pakan unggas seperti Amerika Serikat, juga terkena dampaknya karena
permintaan terhadap komoditi tersebut menjadi berkurang. Sebelum terjadinya
wabah AI, Indonesia mampu mengekspor produk unggas berupa telur sebanyak
1.224.579 kg, namun setelah wabah, ekspor komoditi tersebut menjadi nol
(BARANTAN 2003, BARANTAN 2007).
Sebanyak 26 epizootik HPAI telah terjadi di dunia sejak 1995
dan yang paling besar disebabkan oleh virus HPAI H5N1 di lebih kurang 60 negara
di kawasan Asia, Eropa dan Afrika sejak tahun 1996 (Ka-Oud et al. 2008).
Silsilah virus HPAI di Asia pertamakali ditemukan pada angsa di China Selatan
pada tahun 1996 dan tidak menyebar sampai benua Eropa maupun Afrika (Burgos dan
Burgos 2008).
Sejak tahun 2003 sampai dengan bulan April 2008, virus AI
H5N1 telah menginfeksi 380 orang yang sebelumnya pernah mempunyai riwayat
kontak yang sangat dekat dengan unggas. Jumlah kematian dari total jumlah yang
terinfeksi mencapai 241 orang (CFSPH 2008). Tingkat mortalitas pada manusia
lebih kurang adalah 61%, sedangkan pada unggas bisa mencapai 90-100% (Burgos
dan Burgos 2007c).
Menurut CFSPH (2008), antara tahun 1997 sampai dengan tahun
2006 rentetan kejadian infeksi AI pada manusia adalah sebagai berikut :
- Tahun 1997, sebanyak 18 orang terinfeksi virus H5N1 di
Hongkong. Gejala yang mereka alami adalah demam, sakit tenggorokan dan batuk.
Beberapa penderita mengalami gangguan pernafasan yang parah dan pneumonia. Dari
18 orang tersebut, 6 diantaranya meninggal.
- Tahun 1999, sebanyak 2 orang anak di Hongkong dikonfirmasi
positif terinfeksi virus LPAI H9N2. Infeksi tersebut tergolong ringan dan kedua
anak tersebut akhirnya sembuh. Di daratan China, 6 orang juga terinfeksi virus
H9N2 dan semua penderitanya sembuh.
- Tahun 2002, antibodi terhadap virus H7N2 terdeteksi pada
seseorang setelah kejadian wabah pada unggas di Virginia.
- Tahun 2003, 2 jenis virus AI H5N1 diketahui menginfeksi
sebuah keluarga yang baru saja bepergian dari China. Salah satu penderitanya
meninggal. Anggota keluarga yang lain meninggal karena terserang penyakit pada
saluran pernafasan namun tidak dilakukan peneguhan diagnosa tentang penyebab
penyakit tersebut.
- Tahun 2003, sebanyak 89 dari total 347 orang dikonfirmasi
positif terinfeksi H7N7 mengikuti wabah pada unggas. Kebanyakan kasus terjadi
pada pekerja kandang dan anggota keluarga dari 3 penderita tersebut juga
menderita gejala sakit yang serupa. Dari 89 orang yang dikonfirmasi positif, 78
orang hanya menunjukkan gejala konjungtivitis, 2 orang menunjukkan gejala flu
berupa demam, batuk dan nyeri otot. Sementara itu, 5 orang yang lainnya
mengalami gejala konjungtivitis dan gejala flu, sedangkan 4 penderita lagi
diklasifikasikan sebagai infeksi penyakit lain. Seorang dokter hewan pernah
diketahui meninggal setelah mengalami gangguan pernafasan akut yang sangat
parah serta komplikasi.Pada awalnya, dokter hewan tersebut mengalami gejala
demam tinggi yang persisten dan sakit kepala tanpa disertai dengan gejala sakit
pernafasan. Virus yang berhasil diisolasi dari kasus yang fatal biasanya telah
mengalami mutasi.
- Tahun 2003, infeksi virus LPAI H7N2 ditemukan pada seorang
pasien yang menunjukkan gejala sakit pernafasan di New York. Penderita tersebut
akhirnya sembuh setelah mendapatkan perawatan yang intensif.
- Tahun 2004, pekerja kandang unggas di Kanada diketahui
mengalami gejala konjungtivitis dan flu. Kedua pekerja tersebut akhirnya sembuh
setelah berobat menggunakan antiviral. Selain 2 orang tersebut, 10 pekerja
lainnya juga mengalami gejala serupa dan disertai dengan gangguan saluran
pernafasan atas. Semua kejadian infeksi tersebut setelah ditelusuri ternyata
berkaitan dengan wabah virus H7N3 pada unggas.
- Sejak tahun 2004 sampai dengan 2008, kejadian sporadik dan
kematian pada manusia berkaitan erat dengan wabah H5N1 yang terjadi secara
meluas pada unggas. Pada tanggal 17 April 2008, telah dikonfirmasi dan
dilaporkan ke WHO ada 381 penderita dan 240 diantaranya berlangsung fatal.
Kasus infeksi pada manusia dilaporkan oleh beberapa negara Asia. Di Afrika,
Azerbaijan, Timur Tengah dan Turki kasus yang terjadi pada manusia sangat
sedikit.
Sumber :
Badan
Karantina Pertanian. 2003. Laporan Tahunan. Pusat Karantina Hewan, Badan
Karantina Pertanian, Departemen Pertanian.
Badan
Karantina Pertanian. 2007. Laporan Tahunan. Badan Karantina Pertanian,
Departemen Pertanian.
Bello
M, Lukshi BM, Sanusi M. 2008. Outbreaks of Highly Pathogenic Avian Influenza
(H5N1) in Bauchi State, Nigeria. International
Journal of Poultry Science. 7(5): 450-456.
Burgos
S, Burgos SA. 2007e. Avian Influenza Outbreaks in Southeast Asia Affects
Prices, Markets and Trade: A Short Case Study. International Journal of Poultry Science. 6(12): 1006-1009.
Burgos
S, Burgos SA. 2008. HPAI H5N1 in Europe 2007: Poultry and Wild Birds. International Journal of Poultry Science. 7 (1): 97-100.
Kaoud
HA. 2008. Eco-Epidemiologic Impacts of HPAI on Avian and Human Health in Egypt.
International Journal of Poultry
Science. 7(1): 72-76.
The
Center for Food Security and Public Health. 2008. Highly Pathogenic Avian
Influenza. Iowa State University, Institute for International Cooperation in
Animal Biologics, an OIE Collaborating Center.
Labels:
Kesehatan Ternak
Thanks for reading Kejadian Penyakit Flu Burung di Indonesia. Please share...!
0 Comment for "Kejadian Penyakit Flu Burung di Indonesia"